ANALISIS NAWA CITA JOKOWI-JK
A. Nawa Cita Jokowi-JK
Pasangan Joko
Widodo-Jusuf
Kalla merancang
sembilan agenda prioritas jika terpilih sebagai presiden dan wakil presiden.
Sembilan program itu disebut Nawa Cita. Program ini digagas untuk menunjukkan
prioritas jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, serta
mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. Berikut
inti dari sembilan program tersebut :
1. Menghadirkan kembali negara untuk
melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara,
melalui politik luar negeri bebas aktif, keamanan nasional yang terpercaya dan
pembangunan pertahanan negara Tri Matra terpadu yang dilandasi kepentingan
nasional dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.
2. Membuat pemerintah tidak absen
dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan
terpercaya, dengan memberikan prioritas pada upaya memulihkan kepercayaan
publik pada institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan konsolidasi
demokrasi melalui reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga perwakilan.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran
dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan
melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat,
dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia
Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program
"Indonesia Pintar"; serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan
program "Indonesia Kerja" dan "Indonesia Sejahtera" dengan
mendorong land reform dan program kepemilikan tanah seluas 9 hektar,
program rumah kampung deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta jaminan
sosial untuk rakyat di tahun 2019.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat
dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan
bangkit bersama bangsa - bangsa Asia lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi
dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa
melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan
mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan, yang menempatkan secara
proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa,
nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela negara dan budi
pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.
9. Memperteguh kebhinnekaan dan
memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui kebijakan memperkuat pendidikan
kebhinnekaan dan menciptakan ruang-ruang dialog antarwarga.
B. Keluhan
Masyarakat Terhadap Pemerintahan Jokowi
Belum ada setahun menjabat sebagai Presiden, Pemerintahan
baru Joko Widodo sudah banyak mendapat kritikan, hal ini terkait dengan
berbagai isu: (1) Melemahnya gairah pasar dan lesunya perekonomian; (2)
Melemahnya nilai tukar rupiah; (3) Tidak kompaknya anggota Kabinet, dimana
terdapat menteri yang menjelek-jelekan presidennya.
Berikut
adalah keluhan masyarakat yang terekam di media :
a.
Metrotvnews.com, Jakarta : Usia pemerintahan yang dipimpin
Presiden Joko Widodo baru seumur jagung, namun kebijakan yang digelontorkan tak
sedikit bersifat kontroversial. Tanpa terkecuali di bidang ekonomi. Para pelaku
usaha bahkan menuding gairah ekonomi melemah akibat kebijakan pemerintah yang
kurang sensitif dan tidak terarah. Demikian diutarakan Ketua Umum Asosiasi
Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Eddy Widjanarko, kepada Media Indonesia,
melalui sambungan telepon. Dia memaparkan situasi ekonomi yang terjadi saat ini
terbilang kompleks. Beragam kebijakan yang dikeluarkan pemerintah disebutnya
malah melemahkan daya beli masyarakat.
b.
Republika.co.id, Jakarta -- Nilai tukar rupiah masih
melemah. Tak hanya karena pengaruh global, faktor struktural dan sentimen pasar
pun dianggap sebagai penyebabnya. Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony
Prasentiantono menjelaskan, membaiknya perekonomian Amerika Serikat (AS)
seperti raksasa bangkit. Jumlah pengangguran di sana juga menurun. "Indikasinya
sekarang, muncul 200 ribu hingga 370 ribu lapangan pekerjaan, sehingga
pengangguran turun dari 10 persen menjadi 5,5 persen," jelas Tony. Ia menambahkan, penjualan mobil di
AS year on year pun mencapai 17 juta unit. Sedangkan di Indonesia hanya 1,1
juta unit. Kurs rupiah juga masih di atas Rp 13.300 per dolar AS.
c.
news.okezone.com/read/2015/06/29, Politikus Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDIP), TB Hasanuddin, menyatakan sudah mendengar rekaman
dari salah satu menteri yang menjelek-jelekkan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Ia mengatakan, rekaman tersebut dimiliki oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri)
Tjahjo Kumolo. Dirinya pun menyesalkan perilaku menteri tersebut. "Saya
sudah mendengar rekaman soal yang menjelekkan Presiden. Itu sangat disesalkan.
Apalagi, itu dilakukan pembantu Presiden," ujarnya di Gedung DPR RI,
Senayan, Jakarta, Senin (29/6/2015). Anggota Komisi I DPR RI tersebut juga
menduga menteri itu sudah sering menjelek-jelekkan Jokowi, dan kebetulan
penghinaannya terekam di salah satu acara. Namun, dia enggan membuka ke media
perihal kasus tersebut.
C. Kelebihan
dan Kekurangan Nawa Cita
Menurut
pengamat hukum tata negara Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga,
Umbu Rauta, sejatinya Nawa Cita itu baik pada tataran konseptual. Namun ketika
harus diwujudkan merupakan persoalan tersendiri, karena berkenaan dengan
kemampuan seorang pemimpin dalam mengelola pemerintahan.
Umbu menilai,
kelebihannya dalam bidang penegakan hukum dan perlindungan HAM, tampak ada
perkembangan positif, sebagaimana diindikasikan oleh berkurangnya persoalan
pelanggaran HAM dan meningkatnya penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana,
utamanya kasus narkotika dan tindak pidana korupsi. Pada bidang pendidikan,
utamanya jenjang pendidikan tinggi, ada penataan atas kualitas dan manajemen
pendidikan tinggi semakin diindikasikan dengan penutupan lembaga pendidikan
tinggi yang tidak memenuhi persyaratan. Kelebihan lain yaitu percepatan
infrastruktur baik jalan, jalan tol, embung, dan sebagainya. Pada aspek
birokrasi, ada sejumlah agenda reformasi yang sudah berjalan di antaranya
peningkatan kualitas pegawai, peningkatan kesejahteraan, agar layanan
pemerintahan dan pembangunan berjalan dengan baik.
Kekurangannya
terletak pada aspek pembangunan materi hukum, tampak dengan rendahnya produk UU
yang dihasilkan bersama DPR. Umbu menilai, produk legislasi pemerintah bersama
DPR sangat rendah. Pada aspek ekonomi, pemerintahan Jokowi-JK juga kurang piawai dan cepat
mengatasi keterpurukan ekonomi. Terbukti dari turun naiknya harga BBM,
fluktuasi rupiah terhadap dolar, serta lambatnya daya serap anggaran baik di
pusat dan daerah yang berdampak pada berhentinya perekonomian.
D. Analisis
Nawa Cita Jokowi-JK
Nawa cita yang pertama yaitu “menghadirkan kembali negara
untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga
negara, melalui politik luar negeri bebas aktif, keamanan nasional yang
terpercaya dan pembangunan pertahanan negara Tri Matra terpadu yang dilandasi
kepentingan nasional dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim”. Namun
banyak terjadi kasus-kasus yang kontradiksi
dan mengusik rakyat serta mengancam keamanan dan ketertiban bangsa mengenai
nawa cita pertama. Dalam https://www.selasar.com/politik/membedah-penyakit-nawacita
dijelaskan mengenai kontradiksi terhadap nawa cita yang pertama, contoh
sederhana akhir-akhir ini kita diusik oleh kasus pembegalan motor yang
menimbulkan korban. Karena kasus pembegalan ini membuat masyarakat Indonesia
takut untuk beraktivitas di malam hari. Kemudian pada Desember 2014 juga terjadi insiden penembakan
warga Papua oleh aparat keamanan. Polisi dan militer menembakkan peluru tajam
ke arah sekitar 800an demonstran, termasuk perempuan dan anak-anak, di
Enarotali Kabupaten Paniai. Hal ini berujung tewasnya lima pemuda demonstran. Idealnya pemerintah harus mengoptimalkan peran
aparatur pengaman yang ada saat ini. Para aparat keamanan di bentuk secara
sistematis agar memberikan keamanan secara menyeluruh. Melindungi hak asasi
manusia dan bersifat preventif harus lebih sering diutamakan daripada bersifat
represif. Lewat politik luar negeri
bebas dan aktif pun harus lebih diutamakan. Jangan sampai kata “politik”
berubah menjadi “ekonomi” luar negeri yang bebas dan aktif. Pemerintahan saat
ini cenderung hanya melihat keberhasilan negara dari segi pasar. Padahal sektor
keamanan perlu di perhatikan keadaannya.
Nawa
cita yang kedua yakni “membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata
kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya, dengan
memberikan prioritas pada upaya memulihkan kepercayaan publik pada
institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan konsolidasi demokrasi
melalui reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga perwakilan”. Dalam http://www.cnnindonesia.com/politik/20150505061419-32-51155/menyoal-nawacita-dan-reshuffle-dalam-kinerja-menteri-jokowi/
dijelaskan bahwa tidak bisa dipungkiri, masa-masa awal pemerintahan Jokowi
adalah masa pergulatan politik antara partai politik pendukung dengan parpol
yang berseberangan. Dimulai dari perebutan kursi pimpinan di DPR hingga alat
kelengkapan dewan di parlemen. Akibatnya, DPR pun tak produktif karena
terlalu disibukkan mengurusi internal mereka, yang paling mencolok dalam
bidang politik adalah kisruh dualisme kepengurusan di tubuh Partai Persatuan
Pembangunan dan Partai Golkar. Pemerintah disebut turut andil dalam pecahnya
dua parpol tersebut. Jika dalam kasus
PPP Menkumham lebih mengakui kubu Romahurmuziy, maka dalam kasus Golkar
Menkumham lebih mengakui kubu Agung Laksono. Dua partai tersebut adalah
anggota Koalisi Merah Putih. Namun seiring dengan perpecahan yang terjadi,
kubu kepengurusan baru yang terbentuk di dua partai itu tegas menyatakan tak
lagi bersama koalisi yang berseberangan dengan pemerintah.
Nawa
cita yang ketiga adalah “membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat
daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan”. Poin ini masih belum
optimal, desa-desa di pinggiran terlebih di perbatasan masih sering
”dipinggirkan”, kurangnya infrastruktur aliran listrik, rusaknya jalan, dan
terbatasnya akses menuju kota. Selama ini infrastruktur vital yang dibutuhkan
rakyat hanya berlokasi di kota-kota saja. Dalam http://nasional.sindonews.com/read/1054275/18/setahun-nawacita-1445235657
disebutkan bahwa Jokowi-JK mencoba merealisasikan komitmen membangun dari
pinggiran dengan kebijakan alokasi Dana Desa sebesar Rp. 20 triliun pada 2015
ini. Pembangunan infrastruktur sangat dibutuhkan oleh desa-desa agar bisa
berdikari dan bermadani. Selain pembangunan infrastruktur, pemerintah juga
harus memperhatikan dalam tata kelola masyarakat desa. Desa adalah bagian
dari Indonesia yang berhak mendapatkan perhatian pemerintah.
Nawa
cita yang keempat yakni “menolak negara lemah dengan melakukan reformasi
sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan
terpercaya". Dalam http://news.detik.com/berita/2820477/menagih-nawa-cita-jokowi-untuk-reformasi-sistem-hukum-yang-bebas-korupsi
dijelaskan bahwa saat ini kepentingan oligarki yang menyandera Presiden
Jokowi telah berujung pada upaya pelemahan KPK dan kriminalisasi pimpinan KPK
oleh Polri, yang secara nyata merupakan serangan balik atas tertundanya
pelantikan Budi Gunawan sebagai Kapolri. Kentalnya pengaruh oligarki sebagai
dalang kekisruhan antar institusi penegak hukum ini, juga terlihat dari dua
partai pendukung Presiden: Partai NasDem dan PDI-P yang justru ngotot dan
mendesak Presiden untuk melantik Budi Gunawan dan penyerangan secara terbuka
terhadap KPK. Oligarki juga secara nyata telah membajak institusi Polri untuk
melayani kepentingan mereka dengan melakukan kriminalisasi terhadap pimpinan
KPK.
Perlu diwaspadai bahwa upaya pelemahan KPK ini akan terus berlanjut sampai pada revisi UU tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi maupun Revisi UU KUHP dan RUU KUHAP. Korupsi merupakan kejahatan luar biasa yang harus ditangani oleh lembaga yang kuat dan independen. Presiden sebagai pimpinan tertinggi perlu segera melakukan reformasi di tubuh Polri agar Polri menjadi lembaga yang kuat, professional, dan bersih dari kepentingan oligarki. Presiden segara melakukan penyelamatan KPK dari upaya pelemahan fungsi baik secara jangka pendek maupun jangka panjang. Presiden dipilih langsung oleh rakyat, sehingga harus hadir sebagai representasi rakyat, bukan semata sebagai representasi partai politik. Presiden harus berani kehilangan dukungan elit politik ketimbang dukungan rakyat.
Nawa
cita yang keenam adalah “meningkatkan
produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa
Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa - bangsa Asia lainnya”. Dalam http://www.goldbank.co.id/channel/laput/top_isu/bangun.html
dijelaskan untuk meningkatkan
produktivitas rakyat dan daya saing, banyak hal tentunya yang harus
dilakukan, mencakup juga pembangunan infrastruktur. Dalam paparan Nawa Cita,
tertuang jelas pembangunan infrastruktur apa saja yang menjadi target
pemerintahan baru. Pemerintahan Jokowi-JK sekurang-kurangnya akan
membangun infrastruktur jalan baru sepanjang 2.000 kilometer. Setidaknya 10
pelabuhan baru dan 10 bandara baru akan dibangun, dan akan dilakukan renovasi
terhadap pelabuhan dan bandara lama. Pemerintah Jokowi-JK juga akan membangun
sekurang-kurangnya 10 kawasan industri baru. Pasar tradisional sebagai
tulang punggung perekonomian Indonesia turut mendapat fokus tersendiri. Rencananya
akan dilakukan pembangunan 5.000 pasar tradisional di seluruh Indonesia, dan
modernisasi terhadap pasar tradisional yang telah ada. Kajian yang
dilakukan tak hanya terkait masalah pembangunan fisik pasar semata, yang
diharapkan dapat selesai dalam lima tahun. Akan tetapi juga termasuk masalah
pengelolaan dan sistem logistik barang di pasar tradisional. Untuk
pengelolaan pasar-pasar tradisional baru nantinya, akan dipercayakan kepada
badan usaha milik daerah (BUMD), seperti PD Pasar Jaya. Tak hanya
berfokus pada pembangunan pasar baru, Kementerian Perdagangan juga akan
mengevaluasi keberadaan dan peran pasar tradisional selama ini. Anggaran
untuk pembangunan dan renovasi pasar kemungkinan berasal dari APBN.
Sementara itu, sehubungan dengan
pembangunan bandara, beberapa lokasi telah mendapat lampu hijau sebagai lokasi
pembangunan bandara baru, misalnya saja di Buleleng. Terkait hal ini,
Gubernur Bali telah berkoordinasi dengan Menteri Perhubungan Kabinet Kerja, pra-studi
kelayakan sudah dilakukan, termasuk lokasi di wilayah Kubutambahan seluas
sekitar 400 hektare. Pemprov Bali akan mengupayakan pembebasan lahan, dengan
skema kerja sama dengan swasta. Di lokasi lain, yaitu di Majalengka
(Jawa Barat), pembebasan lahan Bandara Kertajati sampai awal Oktober
lalu telah 80% dilakukan Pemerintah Kabupaten Majalengka dari total 1.800
hektare. Pembangunan runway tahap satu pun sudah mulai dilakukan. Bandara
dengan total nilai proyek Rp10 triliun tersebut rencananya akan selesai
dibangun pada 2017. Tak terbatas bandara berskala internasional, pembangunan
bandara berskala kecil juga menjadi rencana pemerintah Jokowi-JK. Menteri
Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, menyebutkan bahwa dirinya memiliki
rencana untuk membangun bandara kecil di pulau-pulau kecil di
Indonesia. Bandara tersebut akan mengakomodir penerbangan
pesawat-pesawat kecil guna mendukung aktivitas bisnis masyarakat setempat
berkaitan dengan kelautan dan perikanan. Dalam pengembangannya, Kementerian
Kelautan dan Perikanan akan bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat.
Rencana Susi tersebut sangat realistis, karena membangun bandara kecil dengan
landasan pacu sepanjang hanya beberapa kilometer, sesungguhnya tidaklah
terlalu sulit untuk dilakukan. Pembangunan landasan pacu tidak memerlukan
beton, dan cukup hanya dengan pengerasan tanah. Sederhana, tapi membawa
banyak manfaat. Ini telah dilakukan di Pulau Semeulue, Aceh. Berkat
adanya bandara kecil di pulau tersebut, para nelayan yang beroperasi di
wilayah tersebut dapat lebih cepat mengirimkan hasil tangkapan mereka ke
Medan. Sebelum ada bandara, para nelayan harus menggunakan kapal feri selama
satu malam yang kemudian dilanjutkan perjalanan darat selama sembilan
jam. Tak hanya membangun bandara baru, renovasi bandara pun menjadi
prioritas pemerintahan Jokowi-JK. Hal ini pun sesungguhnya telah masuk
program kerja 2014-2015 PT Angkasa Pura (AP) II sebagai perusahaan BUMN yang
bertugas mengelola 13 bandara di Indonesia.
Rencananya, renovasi akan
dilakukan terhadap Bandara-Bandara Sultan Thaha Jambi, Haji Raja Fisabilillah
Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Dipati Amir Pangkal Pinang
(Bangka-Belitung), Supadio (Pontianak, Kalimantan Barat),
Silangit dan Kualanamu (Sumatera
Utara), dan Bandara Husein Sastranegara (Bandung, Jawa Barat).
Untuk pengembangan bandara-bandara
tersebut, pada 2014 AP II telah menyediakan dana sebesar Rp.8,7 triliun.
Sedangkan untuk tahun depan, dana yang harus disiapkan mencapai Rp.10
triliun. Dana yang digunakan untuk tiap-tiap bandara berbeda-beda jumlahnya.
Misalnya, untuk Bandara Husein Sastranegara, biaya pengembangannya mencapai
Rp.139 miliar. Ini sangat mendesak, karena pergerakan penumpang di bandara
tersebut sudah jauh melebihi kapasitas tampung saat ini yang hanya 750 ribu
penumpang. Pada 2013, pergerakan penumpang mencapai 2,46 juta orang atau 300
persen melebihi kapasitas. Bandara lain yang juga akan ditingkatkan kapasitasnya
adalah Kualanamu. Kapasitas eksisting bandara tersebut baru mencapai 16 juta
dan ke depannya akan dikembangkan mencapai 25 juta pada 2020.
Sedangkan terkait pelabuhan baru,
ada dua lokasi yang telah lama direncanakan sebagai site pembangunan.
Yaitu, Cilamaya (Subang, Jawa Barat) dan Marunda (DKI Jakarta). Namun, kedua
lokasi tersebut ternyata tidak mendapat persetujuan banyak pihak, sehingga
pemerintahan Jokow-JK harus mencari lokasi baru yang lebih tepat.
Dalam Nawa Cita, pemerintahan
Jokowi-JK memproyeksikan pembangunan 10 kawasan industri. Maka, tak salah
jika Jokowi langsung menekankan kepada Menteri Perindustrian Saleh Husein
untuk memprioritaskan rencana tersebut dalam rapat kabinet pertama. Kementerian
Perindustrian telah memproyeksikan 11 kawasan industri bisa segera
dikembangkan dalam 5 tahun mendatang. Ada empat wilayah utama yang akan
dikembangkan, seluruhnya di luar Pulau Jawa, yaitu Bintuni (Papua Barat), Halmahera
Timur (Maluku Utara), Morowali (Sulawesi Tengah), dan Bantaeng (Sulawesi
Selatan). Pengembangan kawasan industri di empat lokasi tersebut secara umum
berfokus kepada basis sumber daya alam unggulan yang ada di wilayah setempat.
Basis sumber daya alam yang dimiliki tersebut kemudian dijadikan bekal untuk
pembangunan industri pengolahan. Misalnya saja di Bintuni yang berbasis gas
alam, kemudian dapat dikembangkan industri petrokimia dan pupuk. Sedangkan di
Morowali yang berbasis nikel, dapat dikembangkan industri ferronickel
hingga stainless steel. Untuk mewujudkan pembangunan kawasan industri,
pelabuhan, bandara, maupun pasar sesuai Nawa Cita, tentunya membutuhkan
pembangunan ruas jalan baru. Target pembangunan 2.000 kilometer jalan baru
pun menjadi semakin krusial dan harus direalisasikan. Tanggung jawab tersebut
tentunya menjadi milik Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang
di nahkodai Mochamad Basuki Hadimuljono. Menilik dari rekam jejak
kinerja Kementerian PU, target tersebut seharusnya bisa dipenuhi. Dalam 10
tahun terakhir, Kementerian PU telah membangun jalan sepanjang 4.770
kilometer dan jalan tol sepanjang 1.030,56 kilometer. Sehingga, tak ada
alasan pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan produktivitas rakyat
sesuai amanah Nawa Cita tidak bisa direalisasikan.
Nawa cita
yang ketujuh adalah “mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan
sektor-sektor strategis ekonomi domestik”.
Dalam https://www.selasar.com/politik/membedah-penyakit-nawacita
dijelaskan bahwa poin ini memiliki isu yang sangat hangat terkait swasembada
pangan. Swasembada pangan adalah pemerintah harus lebih peka lagi terhadap
upaya-upaya pencapaian swasembada pangan itu sendiri. Pasalnya, kemampuan
pemerintah dalam membuka lahan baru di Indonesia untuk saat ini sangat
terbatas. Selain itu, mengenai infrastruktur seperti irigasi juga menyebabkan
Indonesia sulit mencapai swasembada pangan. Irigasi yang menjamin ketersediaan
air apakah pada saat kemarau maupun hujan. Kalau hujan, petani tetap bisa
tanam. Akan tetapi, permasalahan yang terjadi terdapat pada keduanya. Saat
ini pemerintah sudah menargetkan pembangunan dan perbaikan irigasi di seluruh
Indonesia. Pekerjaan pemerintah tidak hanya sekedar Irigasi. Penambahan bibit
murah nan berkualitas serta pupuk yang terjangkau oleh petani juga harus di
upayakan. Kebanyakan hal-hal tersebut juga menjadi kendala bagi para petani
di Indonesia. Itulah sebabnya mengapa swasembada pangan menjadi terhambat.
Petani sebaiknya di prioritaskan dalam pemerolehan modal atau kredit. Jangan
sampai beberapa kasus karena mahalnya bahan-bahan untuk membuka pertanian
petani berurusan dengan para tengkulak yang menggigit. Pangan ini merupakan
sektor vital bagi bangsa, maka pemerintah harus dituntut serius dan fokus
mengimplementasikan kebijakan. Masih terkait poin ke 7 Nawa cita, isu yang
tidak kalah penting yaitu perpanjangan kontrak freeport di Papua. Pemerintahan Jokowi menyetujui perpanjangan
izin Freeport melalui nota
kesepahaman (Memorandum of Understanding) terkait amandemen kontrak
karya PT Freeport Indonesia. Hal ini sangat mengkhianati kepemilikan lokal
oleh nawa cita. Langkah yang diambil oleh pemerintah ini seperti orang yang
tersandera. Tidak memiliki kedaulatan dan mau diperdaya oleh asing.
Seharusnya Indonesia lebih bersikap teguh dan memanfaatkan momentum ini untuk
mengelola sumber dayanya sendiri. Indonesia yang mandiri perlu di rubah
pemikirannya kembali menjadi macan asia.
Nawa cita
yang kesembilan adalah “memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi
sosial Indonesia melalui kebijakan memperkuat pendidikan kebhinnekaan dan
menciptakan ruang-ruang dialog antarwarga”. Dalam http://lem.fib.ugm.ac.id/?p=818
dijelaskan bahwa katanya memperteguh kebhinnekaan, tapi kok kelompok-kelompok
anti-kemajemukan bertopeng agama masih banyak. Bahkan organisasi yang ingin
membubarkan NKRI dan Pancasilanya jadi satu negara dunia semakin marak. Masalah
bela negara, kenapa selalu PKI yang
dicap makar terhadap negara, kenapa komunis yang selalu dianggap
anti-pancasila. Kaum Hitam-Putih yang cingkrang-cingkrang berjenggot lebat, yang
suka pakai cadar dan baju gombrang. Sering demo, bawa-bawa bendera hitam dan
bendera putih tulisan syahadat. Itu jelas-jelas anti-NKRI, Anti-Pancasila.
Mereka yang harusnya disuruh wajib bela negara. Bukan kita, apalagi rakyat
kecil, mereka bertani saja sudah membela negara, mereka mencari nafkah untuk
keluarganya juga sudah membela negara. Eh malah di gebukin tentara, seperti kasus petani di Urut Sewu, Kebumen, Jawa
Tengah. Konflik atas nama agama semakin marak. Di Papua, dan lain-lain yang
belum terekspos, yang terbaru, di Aceh Singkil. Alasan gereja dibongkar
katanya tidak punya izin, mau ibadah saja kok harus izin sih. Masjid-masjid
Syiah dan Ahmadiyah juga masih pada digembok, alias tidak boleh dibangun.
Izin membangun perusahaan juga semakin mudah. Di Jogjakarta misalnya, hotel
dan apartemen semakin banyak. Di Rembang warganya tidak setuju ada pabrik
Semen, kok malah menang di pengadilan.
|
Sumber :
http://karyadrh.blogspot.co.id/2015/07/nawa-cita-janji-presiden-jokowi-dodo.html 08 November 2015, 17:23:34 WIB
http://lem.fib.ugm.ac.id/?p=818 08 November 2015, 17:22:58 WIB
http://nasional.kompas.com/read/2014/05/21/0754454/.nawa.cita.9.agenda.prioritas.jokowi-jk 08 November 2015, 12:40:48 WIB
http://nasional.sindonews.com/read/1054275/18/setahun-nawacita-1445235657
08 November 2015, 13:02:01 WIB
http://news.detik.com/berita/2820477/menagih-nawa-cita-jokowi-untuk-reformasi-sistem-hukum-yang-bebas-korupsi
08 November 2015, 14:33:44 WIB
http://sp.beritasatu.com/nasional/nawa-cita-konsepnya-baik-tetapi-penerapan-masih-bermasalah/99235 08 November 2015, 15:23:47 WIB
http://www.cnnindonesia.com/politik/20150505061419-32-51155/menyoal-nawacita-dan-reshuffle-dalam-kinerja-menteri-jokowi/ 08 November 2015, 13:00:46 WIB
http://www.goldbank.co.id/channel/laput/top_isu/bangun.html 08 November 2015, 16:14:27 WIB
http://www.rmol.co/read/2015/10/22/221706/Dukungan-Ke-Pemerintah-Kendur,-Mahasiswa-Gelar-Sidang-Rakyat- 08 November 2015, 16:54:30 WIB
https://www.selasar.com/politik/membedah-penyakit-nawacita 08 November 2015, 13:01:09 WIB
blog nya sudah bagus, sudah banyak juga postingannya..silahkan dikembangkan terus..dan tetap semangat...tambahkan juga poster pendidikannya ya...
BalasHapusTerimakasih pak, semua itu juga berkat bimbingannya pak Didi :)
BalasHapus