Mengapa kita harus belajar IPS ??
A.
Pendahuluan
Ilmu
Pengetahuan Sosial atau IPS adalah salah satu mata pelajaran yang dikaji dalam
Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama/Atas, bahkan juga ada di Perguruan
Tinggi. Walaupun sama-sama mengkaji IPS tetapi memiliki banyak perbedaan, di SD
dan SMP masih belum jelas pembagiannya dan masih umum, sedangkan pada tingkat
SMA sudah jelas pembagiannya (Ekonomi, Geografi, Sosiologi) dan sedikit khusus.
Paling terperinci yaitu di Perguruan Tinggi karena disinilah kita mempelajarinya
dalam lingkup jurusan/prodi.
B.
Pembahasan
Semakin
tinggi kebutuhan masyarakat maka semakin banyak muncul ilmu-ilmu yang baru.
Dalam kehidupan masyarakat selalu timbul berbagai masalah yang bermacam-macam
penyebabnya. Jika satu masalah sudah teratasi maka akan timbul masalah yang
baru, ibarat kata mati satu tumbuh seribu
.
Disinilah IPS muncul sebagai solusi dari berbagai masalah tersebut.
Ilmu
Pengetahuan Sosial atau IPS mencakup berbagai disiplin ilmu antara lain ilmu
hukum, ilmu politik, ilmu komunikasi, ilmu sejarah, ilmu psikologi, ilmu
sosiologi, ilmu antropologi, ilmu geografi, dan ilmu ekonomi. Dalam ilmu ini
menggunakan sudut pandang masyarakat dan kebenarannya bersifat mutlak serta menggunakan
data-data kualitatif. (Pengantar Ilmu
Sosial, Dra. Puji Hardati, M.Si.,dkk.)
Dalam
dunia pendidikan, terdapat asas pelaksanaan pendidikan nasional menurut rumusan
Komisi Pembaharuan Pendidikan Nasional (KPPN) salah satunya adalah asas
Pendidikan Untuk Semua (Education For All) yang berintikan belajar seumur
hidup. (Pengantar Ilmu Pendidikan, Drs.
Achmad Munib, S.H., M.Si., dkk.)
Namun,
asas ini menjadi masalah bagi sebagian masyarakat, karena asas ini belum
terlaksana dengan baik, banyak penyebab-penyebabnya antara lain :
- Kurangnya
atau bahkan tidak adanya fasilitas pendidikan di daerah pedalaman, sehingga
anak-anak untuk bersekolah harus pergi ke kota. Untuk pergi ke kota membutuhkan
biaya dan waktu yang tidak sedikit, mereka beranggapan bahwa biaya tersebut
daripada untuk transportasi ke kota lebih baik untuk kehidupan sehari-hari.
Jadi, banyak anak-anak yang tidak bersekolah, bahkan ada juga yang nekad pergi
ke Jakarta untuk bekerja walaupun mereka masih dibawah umur.
Disinilah disiplin ilmu Geografi
berperan, diharapkam Pemerintah akan lebih memperhatikan letak geografis dalam
meratakan fasilitas pendidikan, agar asas Education For All dapat dinikmati
oleh semua lapisan masyarakat.
- Tidak
semua masyarakat mempunyai pendapatan yang cukup, masih banyak masyarakat yang
berpendapatan sangat minim, apalagi mereka yang tinggal di desa. Mereka tidak
mampu untuk membiayai anaknya bersekolah. Walaupun sudah ada bantuan dari
pemerintah, tetapi bantuan itu belum merata.
Disinilah disiplin ilmu Ekonomi
berperan, Pemerintah menciptakan lapangan pekerjaan yang jumlahnya tidak sedikit, sehingga masyarakat desa
banyak yang mempunyai pekerjaan tetap dan bisa mempunyai pendapatan yang cukup
untuk membiayai anaknya bersekolah.
- Banyak
masyarakat desa yang masih percaya bahwa buah
jatuh tidak jauh dari pohonnya. Artinya jika orang tua mereka menjadi
petani, maka anaknya harus
menjadi petani pula.
Disinilah ilmu Antropologi berperan, Pemerintah seharusnya melakukan penyuluhan terhadap
masyarakat tentang pentingnya pendidikan bagi kehidupan mereka. Dan disini juga
tugas seorang Antropolog yang sesungguhnya diterapkan yaitu
“sebagai seorang pemikir yang terlibat dalam perdebatan panjang kemanusiaan,
yang pikiran-pikirannya dijadikan landasan bagi penataan yang lebih baik”. (Seminar “Posisi Antropologi dalam
Indonesia Baru”, Irwan Abdullah)
Jadi seorang Antropolog harus berpikir
keras bagaimana caranya menghilangkan mitos-mitos tersebut yang ada dalam
masyarakat, karena yang harusnya diteliti bukan orang melainkan persoalan.
- Kurikulum
di Indonesia hampir setiap tahun berganti.
Disinilah
disiplin ilmu Politik berperan, seharusnya kepentingan politik tidak hanya
untuk golongan tertentu, tetapi lebih memikirkan untuk kepentingan bersama.
Peran pemerintah melalui Menteri Pendidikan harus merumuskan dan menseragamkan
Standar Kurikulum Nasional di Indonesia.
- Keterbelakangan
mental.
Masyarakat
desa yang mempunyai keterbelakangan mental akan merasa malu
untuk bersekolah, sedangkan
di desa tidak ada Sekolah Luar Biasa. Sekolah Luar Biasa hanya ada di kota-kota
besar dan itu pun biayanya mahal.
Disinilah
disiplin ilmu psikologi berperan, seharusnya para psikolog lebih aktif mengadakan
penelitian pada daerah-daerah terpencil untuk mengetahui dan memahami serta
menanggapi seberapa banyak masyarakat desa yang mempunyai keterbelakangan
mental.
- Kurangnya
sosialisasi antara pemerintah dengan masyarakat.
Disinilah
disiplin ilmu Sosiologi dan Komunikasi berperan, seharusnya pemerintah melakukan berbagai
sosialisasi melalui musyawarah desa atau semacamnya, agar pihak
masyarakat dan pemerintah tidak kehilangan komunikasi, atau terkesan lebih
dekat, dalam artian tidak akan ada yang akan berbuat semaunya sendiri.
- Ketidak
sesuaian antara UUD dengan realitasnya
Dalam UUD 1945 amandemen ke IV
dijelaskan mengenai Pendidikan dalam Pasal 31 Ayat 1,2,3,4, dan 5. Tetapi pada
kenyataannya belum sesuai dengan UUD 1945.
Buktinya masih banyak anak yang tidak
mendapatkan pendidikan sesuai dengan amanat UUD 1945.
C.
Penutup
Dalam
kehidupan masyarakat terdapat anggapan bahwa adanya superior dan diferior antara
Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Pada Ilmu Pengetahuan Alam
dianggap anaknya pendiam, pintar, tetapi berkebalikan dengan anak Ilmu
Pengetahuan Sosial yang anaknya nakal-nakal. Masyarakat yang beranggapan
seperti itu karena tidak tahu yang sebenarnya, dan anggapan itu akan membuat
anak Ilmu Pengetahuan Sosial berkecil hati.
Tetapi
sekarang sudah mulai ada kesetaraan antara Ilmu-Ilmu tersebut, dan pada
kehidupan masyarakat kedua ilmu tersebut sama-sama dibutuhkan dan mempunyai
keseteraan yang seimbang.
D.
Daftar Pustaka
Abdullah,Irwan.2014.Posisi Antropologi dalam Indonesia Baru.Yogyakarta:FIB
UGM
Hardati,Puji. Dkk.2010.Pengantar Ilmu Sosial.Semarang:Widya
Karya dan FIS UNNES
Munib,Achmad. Dkk.2010.Pengantar Ilmu Pendidikan.Semarang:Pusat
Pengembangan MKU/MKDK-LP3 UNNES
Tidak ada komentar:
Posting Komentar