Minggu, 01 November 2015

Hubungan Fenomenologi Sosial dalam Gaya Hidup Mahasiswa



YANG NGGAYA YANG BERDUIT
(Hubungan Fenomenologi Sosial dalam Gaya Hidup pada Mahasiswa)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi. Tentunya mahasiswa berbeda dengan siswa SD, SMP, dan SMA. Secara jenjang pendidikan, mahasiswa mempunyai tingkatan pendidikan yang lebih tinggi daripada siswa. Secara pengetahuan, mahasiswa mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih luas daripada siswa. Dan secara usia, mahasiswa cenderung lebih tua umurnya daripada dengan siswa dan dari cara hidup mahasiswa dituntut untuk bisa hidup mandiri dan bebas dari pantauan orang tua, dari kebebasan itulah muncul berbagai gaya hidup. Dari narasumber yang saya wawancarai, gaya hidup mahasiswa bermacam-macam seperti konsumeris, fashionable, suka berbelanja, berfoya-foya, nongkrong dan lain-lain. Tulisan ini akan menjelaskan  tentang gaya hidup mahasiswa di era sekarang, yang dialami secara langsung oleh narasumber. Lalu bagaimana hubungan antar gaya hidup pada mahasiswa dengan fenomenologi ?.
Fenomenologi memfokuskan pada pemahaman dan pemberian makna atas berbagai tindakan yang dilakukan seseorang atau orang lain di dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataan sosial tidak bergantung pada makna yang diberikan oleh individu melainkan pada kesadaran subyektif aktor. Tujuan dari fenomenologi adalah menganalisis dan melukiskan kehidupan sehari-hari atau dunia kehidupan sebagaimana disadari oleh aktor. Fenomenologi dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji dan peneliti bebas untuk menganalisis data yang diperoleh.
Pemahaman dan pemberian makna tersebut diaplikasikan pada gaya hidup mahasiswa era sekarang yang dialami oleh narasumber yang saya wawancarai yaitu sebagai berikut :

3 Lembar Itu…
Melalui celah-celah jendela, terik matahari mulai memasuki kamar sempit itu, saat itu juga Damar mulai membuka laptopnya, dia ingin menuangkan beberapa idenya untuk menyelesaikan skripsinya. Tapi apa daya, baru sekitar 15 menit dia menutup kembali laptopnya. Damar merasa jenuh, dia ingin pergi menyegarkan pikiran atau badannya, tapi malangnya di dompet hanya ada 1 lembar gambar Sultan Mahmud Badaruddin II dan 2 lembar gambar Tuanku Imam Bonjol . “Jangankan untuk bersenang-senang, untuk makan dan beli bensin saja (mungkin) tidak cukup.” ucapnya  pelan.
Damar ingin bersenang-senang seperti teman-temannya. Di saat mereka jenuh, saat itu juga mereka bisa mengatasi kejenuhannya, ada yang pergi ke puncak, membeli gundam, pergi ke tempat makan yang enak, dan masih banyak yang lainnya. Namun Damar teringat dengan kondisi orang tuanya di kampung, mereka pontang panting bekerja untuk mendapatkan uang demi kehidupan anaknya di perantauan, dan tidak jarang mereka meminjam uang tetangga hanya untuk sesuap nasi anaknya yang di perantauan.
Hati Damar selalu gelisah, dia bingung harus bagaimana mengatur kiriman uang yang menurutnya masih sangat “kurang” sedangkan kebutuhan hidupnya semakin bertambah.
Masih Pantaskah Baju Ini ?
Dengan menggunakan celana pendek dan handuk yang ada di pundaknya, dia sibuk mencari baju untuk di pakai saat bertemu dengan pacarnya, dia menemukan 1 kaos berwarna cream, tapi setelah dilihat-lihat ternyata kaos itu sudah bolong, ada yang lepas jahitannya dan lubang itu tepat di sebelah kanan pundaknya .
Damar mulai mencari baju yang lain, selain yang ada di jemuran yang sesekali masih meneteskan air, dia tidak menemukan apa yang dicarinya. Damar merasa bingung, harus memakai baju yang mana ketika dia ingin bertemu dengan pacarnya. Hampir setiap kali ketemu, pacarnya sudah hafal dengan baju yang dikenakan Damar. Damar malu pada pacarnya yang juga sebagai orang terdekat dia, setiap ada masalah yang menimpanya, Damar selalu menceritakan masalah itu kepada pacarnya entah masalah uang, keluarga atau masalah yang lainnya. Tapi di sisi lain Damar merasa yakin jika pacarnya benar-benar mencintainya, benar-benar bisa menjaga apa yang sudah diceritakan dan menjaga hubungan yang sudah dijalani dalam waktu hampir 4 tahun. Pasti pacarnya bisa mengerti kondisi yang sekarang terjadi pada Damar.
Apa yang Mereka Lakukan ?
Dengan mengendarai motor sederhana berwarna merah marun dan hitam, dia pergi menemui pacarnya. Mereka bertemu hanya untuk makan bersama di sebuah warung tegal (warteg), sambil menceritakan apa yang terjadi selama mereka tidak bertemu. Dan apa yang mereka pesan? Mereka hanya memesan sepiring nasi dengan guyuran sayur asam, 1 atau 2 buah tahu goreng, ya hanya itu. Seringkali Damar merasa sedih, dia ingin seperti teman-temannya, makan makanan enak, tapi Damar kembali teringat dengan kondisi orang tuanya di kampung, apalagi adiknya sekarang mau masuk ke universitas pasti membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Pernah beberapa kali ketika selesai makan, pacarnya yang membayar makan. Mungkin bagi orang lain hal itu sangat gengsi tapi bagi dirinya itu membuatnya senang, senang dalam arti makan ada yang traktir, dan senang ketika orang yang disukai benar-benar mencintainya dalam susah dan senang.
Nongkrong…
            Selesai makan, sesekali mereka berdua pergi ke taman Unnes atau embung untuk sekedar jalan-jalan atau mencuci mata setelah seharian merasakan penatnya hidup di negeri orang. Hal itu merupakan salah satu cara untuk mengatasi kejenuhan dan ketika mereka ingin refreshing tetapi masih menunggu transferan dari orang tua. Dan kebetulan juga, kondisi pacarnya sama apa yang dirasakan Damar, mungkinkah mereka jodoh ?? Hanya Tuhan yang tahu masalah jodoh.
            Ketika Damar merasa bosan, dia pergi ke kamar lalu tidur, dia tidak ingin diganggu oleh siapapun. Berbeda dengan teman-temannya yang ketika jenuh mereka sesuka hati pergi ke tempat hiburan atau nongkrong di kafe dan lain-lain.

Dari cerita tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa gaya hidup mahasiswa era sekarang tergantung pada individu dan tingkat ekonomi (jumlah uang yang mereka miliki). Dapat dilihat di bawah ini :
Gaya Hidup
                                                                             
                    Mahasiswa Elite (Mampu)
1.      Berbuat sesuka hati dengan isi dompet           
2.      Fashionable                                                   
3.      Konsumeris                                                  
4.      Suka berfoya-foya                                         
5.      Motor Keren       
                                           
   Mahasiswa Tidak Mampu
1. Pasrah dengan isi dompet
2. Berpakaian sederhana 
3. Makan seadanya 
4. Lebih memilih tidur 
5. Motor Sederhana 
 
Dari fenomena ini, sang aktor mempunyai kesadaran untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dimilikinya, bahkan dia rela untuk mengalahkan gengsinya agar dia bisa hidup di perantauan dengan isi dompet yang pas-pasan.


Referensi :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar